Elshinta.com - Lingkungan Margasari Kelurahan Babakan Jawa Kec/kab. Majalengka Jawa barat merupakan komplek home industri pengrajin tusuk sate.
Menjelang Hari Raya Idul Adha sejumlah warga disana nampak sibuk memproduksi tusuk sate secara manual dengan bahan baku dari potongan bambu.
Kesibukan pengrajin tusuk sate, seperti yang dilakukan Mak Tiah (65), menurutnya pesanan tusuk sate jauh lebih ramai menjelang Idul Adha bahkan tidak jarang ia harus lembur dan membuat tusuk sate hingga pukul 23.00 malam.
"Iya ramai kalau menjelang idul adha. Bahkan sampai lembur pukul sepuluh sampai pukul sebelas malam bikin tusuk sate ," ungkap Mak Tiah seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Enok Carsinah, Senin (4/7).
Diceritakannya, untuk bahan baku berupa bambu sengaja pesan dari warga yang memiliki kebun bambu yaitu dari Cicurug. Berbekal pisau tajam dan pengalaman yang sudah hampir 30tahun, dengan cekatan Mak Tiah membuat tusuk sate, dari mulai membelah, meraut, meruncing bilah hingga menjadi tusuk sate yang jumlahnya akan menjadi ratusan tusuk.
Ia mengaku dalam satu hari pada hari-hari biasa mampu membuat lebih dari 15 ikat tusuk sate, dimana 1 ikat tusuk sate diperkirakan berisi 400 tusuk. Namun menjelang Idul Adha jumlahnya jauh lebih banyak.
"Banyak yang pesan kalau hari-hari biasa banyak yang pesan dari tukang sate, kalau menjelang Idul Adha banyak yang membeli tapi untuk dijual lagi di pasar," ujar Mak Tiah seraya menyebut 1 ikat tusuk sate ia hargai Rp5ribu.
Selain, Mak Tiah salah satu pengrajin lainnya yakni Yuli (49), ia mengaku sudah menekuni pembuatan tusuk sate hampir 20 tahun. Menurutnya banyak ibu rumah tangga di lingkungan margasari memanfaatkan waktu luang dengan membuat tusuk sate, dan banyak pembeli dari luar yang datang untuk membeli tusuk sate dan mereka akan menjualnya di pasar-pasar.
Sementara untuk bahan baku bambu, Yuli menyebut bambu yang dibeli dari Maja sudah dalam bentuk potongan berukuran 3 meter. Penjual bambu menjualnya per ikat, 1 ikat berisi 5 potongan bambu. Yuli sendiri sedikitnya selalu membeli 10 ikat dengan harga per ikatnya sekitar Rp. 17.500,-.
"Masing-masing kita sudah punya pelanggan masing-masing, dengan keterampilan dari orang tua dulu secara turun temurun," kata Yuli.