Elshinta.com - Setelah terpuruk imbas dari pandemi Covid-19, kini para perajin tembaga kuningan di Dukuh Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa tengah membuat terobosan baru guna meningkatkan penjualan dan memperkenalkan produksinya agar lebih dikenal di dalam negeri dan luar negeri. Salah satunya dengan menciptakan aplikasi.
Dengan aplikasi tersebut diharapkan bisa mengikuti perkembangan di era digital seperti saat ini. Aplikasi tersebut diciptakan bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi swasta di Solo. Diharapkan dengan era digital ini bisa mendongkrak penjualan para perajin tembaga kuningan di desa tersebut.
“Yang pertama saya mengucapkan terima kasih, dan aplikasi Javacraft ini menjawab tantangan di era digital dan sudah mempunyai anggota lebih dari 100 perajin tembaga kuningan,” kata Mawardi, Kepala Desa Cepogo saat grand launching dan opening Javacraft dan Art Galery Research Center di balai desa seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sarwoto, Sabtu (4/12).
Mawardi menuturkan bahwa saat ini jumlah pelaku perajin tembaga kuningan di desanya ada sebanyak 2.000 orang. “Jumlah tersebut bisa menghidupi 50 persen warga dari jumlah penduduk Desa Cepogo sebanyak 9.028 jiwa,” ucapnya.
Sementara itu Rektor Universitas Islam Batik Surakarta Dr. Amir Junaidi dalam kesempatan tersebut menjelaskan, kerjasama ini akan terus ditingkatkan, karena Tumang merupakan centra perajin tembaga kuning terbesar.
“Perajin di dukuh tumang ini sudah ada sejak dulu secara turun temurun sehingga produksinya sudah dikenal masyarakat luas,” tuturnya.
Di sisi lain Ketua Koperasi Tembaga Kuningan Cepogo Muhammad Mansur menjelaskan, aplikasi ini sangat ini sangat dibutuhkan oleh para perajin, dan harapan ke depan bisa tersedia di google play maupun play store.
“Aplikasi ini sebagai sensor bahwa perajin dan produk tersebut benar-benar dari tumang, dan tidak bisa untuk menipu lagi,” ujarnya.