Elshinta.com - Nama Malari 1974 merupakan kependekan dari “Malapetaka 15 Januari 1974”. Hari ini 47 tahun yang lalu, tepatnya 15 Januari 1974, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta turun ke jalan. Aksi demo yang tadinya berjalan damai, seterusnya diwarnai dengan kerusuhan.
Sebanyak 807 mobil dan motor buatan Jepang hangus dibakar massa, 11 orang meninggal dunia, 300 luka-luka, 144 buah bangunan rusak berat, 160 kg emas hilang dari toko-toko perhiasan.
Kebijakan ekonomi Pemerintahan Soeharto yang terlalu berpihak kepada investasi asing, menjadi pemicu pergerakan mahasiswa. Hari itu bertepatan dengan datangnya Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Jakarta.
Hariman Siregar ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (DM UI) dan para demonstran melakukan long march dari kampus UI, Salemba menuju Universitas Trisakti di Jalan Kiai Tapa, Jakarta Barat.
Mereka meminta tiga tuntutan yang dinamai “Tritura Baru 1974”: Pertama, bubarkan lembaga Asisten Pribadi Presiden (Aspri); kedua, turunkan harga; ketiga, ganyang korupsi.
Di bagian lain di Jakarta, aksi massa juga berlangsung. Salah satu yang mencekam kejadian di Pasar Senen. Massa membakar proyek kompleks pertokoan yang baru saja dibangun.
Presiden Soeharto meminta maaf kepada Tanaka atas timbulnya protes yang muncul. Tanaka menanggapinya dengan enteng, dia paham atas situasi yang terjadi. Dia pun meminta Soeharto tidak mengkhawatirkannya.