Elshinta.com - Tak lama setelah Muhammad Hatta mengumumkan maklumat pemerintah tentang lahirnya partai politik, Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau disebut Masyumi terbentuk. Selanjutnya Masyumi menjadi partai politik Islam terbesar di Indonesia, di era Demokrasi Liberal Indonesia.
Pada tahun 1960 Presiden Soekarno melarang partai Masyumi karena diduga ikut mendukung pemberontakan PRRI.
Masyumi adalah partai politik Islam bentukan Jepang, yang betujuan agar Jepang yang menduduki Indonesia pada 1943, dapat mengendalikan umat Islam di Indonesia. Kurang dari setahun, partai bentukan 7 November 1945 ini sudah menjadi besar seperti halnya partai Islam lainnya, Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah.
Anggota partai Masyumi pun berhasil menduduki kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan beberapa anggotanya terpilih menjadi Perdana Menteri Indonesia, antara lain Muhammad Natsir dan Burhanuddin Harahap.
Pada Pemilu tahun 1955 Masyumi juga berhasil menempati posisi kedua. Mereka memenangkan 7.903.886 suara mewakili 20,9% suara rakyat dengan perolehan 57 kursi di parlemen. Masyumi cukup populer di daerah modernis Islam, seperti Sumatera Barat, Aceh dan Jakarta.
Pada tahun 1958 beberapa anggota Masyumi bergabung dengan pemberontakan PRRI, akibatnya, tahun 1960 partai Masyumi bersama dengan Partai Sosialis Indonesia, dilarang oleh pemerintah.
Setelah pelarangan itu, anggota dan pengikut Masyumi mendirikan partai Keluarga Bulan Bintang. Kemudian saat jatuhnya era Soeharto, pengikut Masyumi mendirikan Partai Bulan Bintang dan ikut berpartisipasi pada pemilihan legislatif 1999, 2004 dan 2009.
Berdirinya Partai Komunis Indonesia di Cirebon
Awalnya Henk Sneevliet seorang komunis Belanda bergabung dengan sosialis Hindia Belanda lainnya, membentuk serikat tenaga kerja pada tahun 1914 diberi nama (bahasa Belanda: Indische Sociaal Democratische Vereeniging – ISDV).
Orang-orang Belanda ISDV mengenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara untuk menentang kekuasaan kolonial. ISDV juga mempunyai media surat kabar berbahasa Belanda. Dari 100 orang anggotanya hanya tiga orang berkebangsaan Indonesia.
Pertumbuhan ISDV yang tidak menuntut kemerdekaan namun anti kapitalis ini makin pesat, terlebih lagi setelah Henk Sneevliet memindahkan markasnya dari Surabaya ke Semarang. Tidak hanya penduduk asli yang direkrut tapi juga para elemen agama, nasionalis hingga aktivis.
Tidak puas dengan kepemimpinan Sneevliet, para reformis kemudian membentuk partai sendiri bernama Partai Demokrat Sosial Hindia Belanda. Mereka juga membangun surat kabar sendiri bernama Soeara Merdeka.
Pada Kongres ISDV di Semarang tahun 1920 nama organisasi diubah menjadi Partai Komunis di Hindia (PKH). Semaun sebagai ketua dan Darsono menjadi wakil ketua. PKH merupakan Partai Komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis Internasional.
Pada kongres komintern tahun 1924 diputuskan tujuan partai. Prioritas utama dari partai-partai komunis adalah untuk mendapatkan kontrol dari persatuan buruh, karena diyakini tidak ada revolusi yang sukses tanpa persatuan kelas buruh. Pada tahun ini juga nama partai diubah lagi, menjadi Partai Komunis Indonesia atau PKI – (wikipedia, berbagai sumber)