Elshinta.com - Sebagai orang tua harus sabar dalam memahami dan menyadari alasan di balik tindakan anak yang terkadang mungkin kelewatan. Memahami perasaan dan emosi anak perlu dilakukan. Jangan pernah memarahi anak dengan meneriaki atau membentaknya karena hanya akan memperburuk keadaan dan dapat melukai psikologis anak.
Ada baiknya bila orang tua tidak langsung menyalahkan dan memarahi buah hati. Menegur dan mendisiplinkan anak memang perlu. Tujuannya agar anak tahu batas-batas perilakunya, mana yang benar dan yang salah. Namun dalam menegur ada beberapa aturannya. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini beberapa cara menegur anak yang tepat:
Tepukan
Berdasarkan penelitian ditemukan memarahi anak sedikit bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam cara orang tua mendisiplinkan anak. Sementara jika memarahi secara berlebihan bisa merugikan.
Conditional spanking lebih efektif dalam mengurangi ketidakpatuhan anak dan perilaku antisosial. Conditional spanking mengacu pada tepukan kecil di bagian pantat anak, biasanya dengan tangan kosong.
Sistem istirahat
Gunakan sistem time out untuk anak-anak usia 18 bulan hingga 60 bulan (5 tahun). Mengistirahatkan anak atau mengisolasi anak selama beberapa saat, dapat membantu anak merenungkan apa yang telah ia lakukan dan memperbaiki perilaku buruknya, seperti mengamuk, merengek, berkelahi, atau berdebat.
Saat time-out, anak tidak diberi mainan atau hiburan apapun juga jangan diajak berbicara. Anak harus diam setidaknya 15 detik sebelum batas waktu berakhir.
Ilustrasi. Sumber foto: https://bit.ly/33MzrW1
Kasih sayang
Jangan mengancam anak dengan mengatakan akan meninggalkannya. Lebih baik jelaskan situasinya juga dampak buruknya kepada anak dengan penuh kasih sayang. Katakan bahwa apa yang ia lakukan adalah salah, dan tidak boleh diulangi lagi.
Tegur seperlunya
Jangan menegur anak langsung setelah ia berperilaku buruk, tetapi tunggu sampai kemarahan orang tua mereda terlebih dahulu. Menghitung sampai 10 sebelum mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu dapat membantu mengurangi tingkat kemarahan, sehingga orang tua bisa mengendalikan diri sendiri.
Buat peraturan
Buat peraturan yang sesuai dengan usia anak. Aturan dapat berfungsi dengan baik untuk anak-anak usia sekolah. Bayi dan balita belum memahami aturan. Mereka masih belajar apa itu aturan.
Menunjukkan kesalahannya
Hindari memarahi dan membuat hati anak menjadi terluka. Tegurlah buah hati dengan bijak dan menekankan pada perilaku yang salah, kemudian tunjukkan bagaimana yang benar dan berikan ia dorongan atau semangat untuk memperbaikinya. Meskipun sederhana, hal tersebut tersebut perlu dilakukan untuk membuat anak tidak mengulangi kesalahannya lagi.
Hindari menggertak
Daripada menggertak dan menakut-nakuti anak, orang tua bisa menerapkan hukuman yang ringan agar anak menyadari kesalahannya. Namun cara ini boleh dilakukan apabila anak masih tetap melakukannya meskipun telah beberapa kali ditegur. Setelah anak menurut, berikan pelukan hangat dan nasihat agar ia tidak mengulanginya.
Jangan di depan umum
Menegur anak sebaiknya tidak dilakukan di depan umum sebab bisa membuat anak merasa dipermalukan sehingga kehilangan rasa percaya diri. Usahakan untuk menunggu waktu bedua saja untuk menegur dengan kata-kata yang bijak dan tidak menyinggung perasaannya.
Ilustrasi. Sumber foto: https://bit.ly/35ULuTJ
Boleh berteriak
Berteriak untuk memarahinya sebaiknya jangan dilakukan. Orang tua sebaiknya berteriak kepada anak hanya saat ia melakukan hal-hal yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain.
Setelah itu, dekatilah dan tanyakan alasan ia melakukannya. Kamudian berikan pengertian secara halus tentang mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Jangan menghakimi
Jika anak sering melakukan hal yang dianggap salah, orang tua bisa melakukan perbincangan ringan pada anak serta memberinya nasihat. Jangan menghakimi tanpa mendengarkan apa alasannya melakukan kesalahan tersebut.
Sikap tegas
Sikap galak hanya membuat anak takut, tapi sikap tegas akan membuat anak tak ingin melanggar aturan. Katakan apa yang tidak boleh dilakukan dengan nada bicara yang tidak menekan dan jelas, sehingga anak dapat memahaminya dengan baik.