Elshinta.com - Persaingan antar saudara paling awal tampak sejak kehadiran calon adik baru yang membuat anak sulung seringkali meminta perhatian lebih pada orangtua daripada sebelumnya. Karena tumbuh bersama, anak-anak kemudian akan mulai memperebutkan berbagai hal.
Pemicu persaingan antar saudara atau sibling rivalry adalah rasa cemburu, watak dan kemampuan beradaptasi anak, serta perkembangan rasa individualitas. Bentuk persaingan antar saudara kandung saat masih anak-anak, remaja, dan dewasa dapat berbeda terkait kebutuhan yang juga berbeda dalam setiap tahap perkembangan.
Sebenarnya wajar jika muncul persaingan antar saudara kandung. Perlu mendapat perhatian lebih lanjut jika terdapat ketegangan dan konflik terus-menerus diantara saudara kandung yang sulit diatasi. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ini cara yang bisa dilakukan:
Hargai perasaan setiap anak
Saat anak bertengkar cobalah untuk memahami perasaan anak. Tidak jarang orang tua justru melarang anak mengekpresikan perasaannya saat sedih atau marah.
Orang tua harus menjelaskan cara mengekspresikan emosi yang baik agar anak tidak memukul, menyakiti orang lain atau merusak barang. Dengan mengeluarkan emosinya anak akan merasa lebih tenang.
Ilustrasi. Sumber foto: https://bit.ly/3enOaKJ
Jangan membandingkan
Jangan pernah membandingkan satu sama lain karena setiap anak unik dan memiliki bakat dan sifat yang berbeda. Membandingkan anak dengan yang lebih baik akan membuat anak merasa sedih, kecewa, dan tidak dihargai.
Anak yang sering dibandingkan dengan saudaranya bisa juga menjadi benci atau tidak suka dengan saudaranya tersebut.
Jangan meminta salah satu anak untuk mengalah
Selalu menyuruh salah satu anak untuk mengalah bisa memberikan dampak negatif. Anak yang disuruh mengalah bisa memendam emosi, merasa tidak disayangi dan merasa kurang diperhatikan. Hal itu bisa berdampak pada psikologi anak. Anak bisa menjadi tertutup, tidak percaya diri, hingga depresi.
Lebih baik ajarkan anak berbagi atau bergantian. Tetapkan aturan hak milik barang anak. Jika barang itu milik kakak maka adik tetap harus meminta izin dan tidak boleh memaksa.
Ilustrasi. Sumber foto: https://bit.ly/3ekpvGS
Tidak terlibat
Tidak terlibat dalam setiap konflik kecil dan membiasakan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri meski masih dalam pantauan orangtua. Termasuk pantau bahasa yang digunakan oleh anak. Apakah anak mulai menggunakan kata-kata kasar atau yang bersifat mem-bully satu sama lain.
Bersikap adil
Adil bukan berarti harus sama rata. Kebutuhan setiap anak berbeda-beda dan perlakukan anak sesuai dengan kebutuhannya.
Cobalah untuk memahami keunikan setiap anak. Berikan pendekatan kepada anak sesuai dengan kepribadiannya masing-masing.
Beri waktu
Saat anak terlibat konflik, tak ada salahnya untuk memisahkan mereka sampai keduanya tenang. Terkadang menjauhkan mereka dari satu sama lain akan memberi mereka waktu untuk berpikir.
Konsisten pada aturan
Untuk mengurangi gesekan antar saudara kandung, orangtua harus bersikap konsisten. Terapkan aturan yang sama dalam hal tanggung jawab dan kedisiplinan.
Kenali kekuatan setiap anak dan cobalah memberikan beban yang sesuai dengan kemampuan serta harapan yang masuk akal.
Jangan memberikan hukuman fisik
Hukuman fisik akan menyakiti dan membuat anak trauma. Jika ingin memberikan konsekuensi kepada anak, buatlah aturan yang jelas. Diskusikan dengan anak kesepakatan tentang apa yang tidak boleh dilakukan dan konsekuensinya jika dilanggar.
Tidak dapat dipungkiri, cara orangtua menghadapi situasi saat anak sedang berkonflik satu sama lain akan membentuk fondasi dalam hubungan mereka.
Ilustrasi. Sumber foto: https://bit.ly/3gq4XyC
Sejak kecil anak harus dibiasakan untuk belajar berkompromi, bernegosiasi, mengendalikan amarah mereka serta belajar untuk memahami perspektif orang lain.