Diskusi Forum Tebet (Forte) dengan tema \"Daya tahan ekonomi rakyat Indonesia hadapi resesi\". Foto: Bayu Koosyadi/Elshinta.com.
Elshinta.com - Dalam diskusi yang digelar oleh Forum Tebet (Forte) dengan tema "daya tahan ekonomi rakyat Indonesia hadapi resesi", Gede Sandra salah seorang pembicara dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR) justru berpendapat jika ekonomi Indonesia tengah memasuki fase jelang resesi.
Dalam pemaparannya, menurut Gede, proyeksi bank dunia untuk Indonesia pada tahun 2019 akan bertumbuh 5,0 persen atau turun dari proyeksi IMF sebelumnya yang menyebut Indonesia tahun 2019 dapat mencapai 5,2%.
Berdasarkan proyeksi IMF juga lanjut Gede pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 berada diperingkat 33 besar dunia. Hal ini wajar bila dikatakan oleh Bappenas, pertumbuhan Indonesia yang di kisaran 5% tidak cukup untuk menghilangkan kemiskinan.
Untuk mencapai pendapatan perkapita dengan mempergunakan ukuran negara maju yang mencapai 5%, hal tersebut papar Gede Sandra bisa puluhan tahun untuk dicapai oleh Indonesia.
Untuk mencapai hal tersebut jelas Gede lagi malah kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi Indonesia diakhir tahun 2019 dapat turun hingga dibawah 5% atau berada dikisaran 4,6 sampai 4,9% seiring menjelangnya resesi dunia.
Hal yang perlu diwaspadai jika terjadi resesi jelas Gede adalah Utang Luar Negeri (ULN) yang hingga September 2019, ULN didominasi oleh mata uang dollar AS (USD) yaitu sebesar 67 persen dari total ULN.
ULN pemerintah dan bank sentral kurang dari 50 persen dalam USD sementara ULN swasta 89,9% hampir seluruhnya berupa dollar AS (USD).
Dalam pengamatan Gede Sandra, seperti dilaporkan Reporter Elshinta Bayu Koosyadi, pertumbuhan ULN swasta sepanjang 2014-2019 selama 5 tahun hanya sebesar 34,2 milliar USD sementara pertumbuhan ULN pemerintah pada periode yang sama lebih dari dua kali lipat atau sebesar 70 miliar USD.