Elshinta.com - Negara-negara di kawasan Asia Tenggara sedang meningkatkan kemampuan dan menyiapkan kolaborasi bersama untuk menjadi basis manufaktur terdepan di Asia (factory Asia's next frontier) serta mengambil peluang dengan memasuki era revolusi industri 4.0.
“Jadi, ke depan itu bukan lagi persoalan kekuatan masing-masing, tetapi lebih kepada kerja sama antara negara anggota ASEAN yang saling menguntungkan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam acara diskusi panel World Economic Forum on ASEAN di Hanoi, Vietnam, sebagaimana keterangan yang dihimpun Antara, Jumat (14/9).
Menperin menyebutkan, beberapa strategi yang perlu dilakukan negara-negara di ASEAN agar industri manufakturnya berdaya saing global, antara lain adalah meningkatkan kapabilitas manufaktur mereka yang maju dan diperlukan kebijakan untuk menarik investasi.
Selanjutnya, teknologi baru harus diadopsi dan dibutuhkan keterampilan pekerja dalam menanganinya. Sebab, seluruh tenaga kerja yang berketerampilan tinggi akan menjadi kunci kesuksesan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
“Dengan industri 4.0, tentunya menimbulkan kesempatan baru yang membutuhkan kerja sama untuk reskilling maupun up-skilling terhadap kompetensi sumber daya manusia (SDM) di masing-masing negara ASEAN," jelas Airlangga.
“Negara-negara ASEAN harus mempertimbangkan kolaborasi timbal balik sebagai sarana mempercepat transformasi dan mengatasi tantangan secara bersama. Mereka juga harus memanfaatkan kekuatan masing-masing negara dan menciptakan sinergi di antara mereka sendiri,” tambah dia.