Elshinta.com - Ribuan ton beras dari Vietnam bakal ke Indonesia beberapa hari ke depan. Sarinah dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) adalah dua perusahaan pelat merah yang mendapat jatah mengimpor beras itu.
Wakil Ketua Umum Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) Billy Haryanto mengatakan Sarinah mengirim 300 ton beras asal Vietnam itu ke Pasar Induk Cipinang hari Rabu (13/1).
Beras itu, kata dia, membanjiri Pasar Induk Cipinang. "Beras itu masuk tiba-tiba, tentu ini berimbas pada beras lokal," kata Billy di Kawasan Senayan, Jakatya, Rabu, (13/1).
Gara-gara beras itu masuk, kata Billy, pedagang pasar Cipinang menjerit. Soalnya, ujar Billy, harga beras berjenis beras jasmine itu dibanderol Rp 9 ribu per kilogram, hampir sama dengan harga beras di Cipinang.
"Setahu saya beras jasmine itu beras khusus. Harusnya harganya lebih dari Rp 9 ribu. Karena modalnya saja Rp 12 ribu," kata Billy seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Bayu Istiqlal, Kamis (14/1).
Karena penasaran harganya miring, Billy dan para pedagang di Cipinang membuka kantong beras jasmine itu. "Pas saya cek ternyata bukan beras khusus, beras biasa. Pantesan bisa murah," ujar Billy.
Menurut Billy, impor beras putih biasa tidak dapat dilakukan sembarangan, karena harus melalui Bulog. Penugasan untuk Bulog itu termaktub dalam Perpres Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.
Billy mengatakan bahwa importir dalam hal ini PT Sarinah harus bertanggangjawab atas masuknya beras vietnam tersebut ke Indonesia. Pihak berwenang harus berani mengusut beredarnya beras tersebut karena akan mematikan beras lokal.
"Pemerintah harus turun tangan, ini tidak bisa dibiarkan, karena ini menyangkut beras kebutuhan nasional dan menyangkut kehidupan para petani di Indoensia," pungkasnya.