Serius membaca laman Forbes sambil mendengarkan Radio Elshinta, cukup menambah percaya diri juga. Begini ringkasannya, ditulis bahwa media radio siaran adalah media elektronik pertama. Siaran pertama terjadi hampir 100 tahun yang lalu, ketika KDKA Pittsburgh mengudarakan kembalinya pemilihan Presiden 1920. Sejak itu, terlepas dari diluncurkannya saingan media elektronik seperti televisi dan internet, radio terus berkembang. Rata-rata orang dewasa Amerika masih mendengarkan selama hampir 2 jam setiap harinya. Di Indonesia juga begitu. Dari iklan yang diproduksi oleh PRSSNI, diketahui bahwa pendengar radio tahun ini adalah yang tertinggi sejak lima tahun terakhir ini. Dahsyat kan?

Jadi, mengapa jangkauan radio masih kuat? Suzanne Grimes, Presiden Westwood One dan EVP Corporate Marketing di Cumulus Media, mengatakan, “Radio berkembang karena belum terperangkap dalam pusaran ledakan dan gangguan media di rumah. Hampir tiga perempat dari semua mendengarkan radio di luar rumah, di dalam mobil dan di tempat kerja.”

Grimes menegaskan munculnya layanan streaming seperti Pandora dan Spotify yang menggantikan CD dan lagu yang dibeli di iTunes sebagai "kotak musik" konsumen, itu tidak memengaruhi waktu yang dihabiskan dengan radio. Riset periklanan yang dipelopori oleh NBC hampir 60 tahun yang lalu terus menunjukkan bahwa lebih dari 70% konsumen akan "melihat" iklan TV dengan "mata pikiran" mereka ketika mendengarkan iklan radio. 

Seorang juru bicara untuk P&G mengatakan, “Pengiklan barang dalam kemasan konsumen menjadi frustrasi dengan penargetan iklan digital yang sempit dan mereka ingin berbicara dengan semua orang. Mereka mencari untuk mencapai jangkauan yang mereka inginkan dan mereka tidak bisa mendapatkannya dengan TV. Mengetahui hal itu, radio sepertinya menjadi pilihan.”

Bertahun-tahun yang lalu, jika ada lagu yang ingin Anda dengar, Anda harus keluar dan membelinya di vinil (dan kemudian kaset, dan kemudian CD), atau Anda harus menyalakan radio dan berharap yang terbaik. Dalam dekade terakhir ini, banyak hal telah berubah secara dramatis, dan sekarang setiap lagu dapat ditemukan online dalam hitungan detik, dan dari sana konsumen dapat membelinya di iTunes, menonton video yang terkait dengannya (jika ada) di YouTube, atau di layanan streaming. Orang akan berasumsi bahwa dengan begitu banyak pilihan untuk mengakses musik, radio akan mengalami kesulitan untuk tetap eksis, tetapi kenyataannya adalah bahwa radio baik-baik saja.

Nielsen merilis sebuah laporan yang menyatakan bahwa kuartal kedua 2015 telah melihat jumlah terbesar orang yang mendengarkan radio. Pada awal tahun itu, 245 juta orang mendengarkan radio setidaknya sekali seminggu. Itu adalah 91% populasi Amerika.Jelas bahwa industri radio masih kuat, dan ada ruang bagi stasiun untuk berkembang. Setelah menawarkan demografi terperinci tentang siapa yang mendengarkan saluran apa dan kapan, satu-satunya hal yang dapat dilakukan industri radio untuk menarik lebih banyak iklan adalah menemukan cara untuk mempertahankan perhatian orang untuk jangka waktu yang lebih lama dan lebih lama.

Salah satu alasan mengapa radio masih begitu lazim di masyarakat kita adalah karena radio sudah tersedia dimana-mana. Kebanyakan orang mendengarkan radio di mobil mereka dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja, meskipun setelah masa-masa itu, jumlah pendengar menurun sebanyak yang berakhir di komputer atau sibuk di siang hari.

Radio juga merupakan format yang mudah diakses dan dimengerti. Masih ada jutaan orang yang belum mencoba layanan streaming, tetapi semua orang tahu cara mengoperasikan radio. Tidak ada waktu belajar yang terkait dengan menikmati siaran radio, dan tentu saja tidak perlu biaya apa pun untuk mendaftar.

Nah, gimana? Ternyata radio itu tidak bisa dianggap remeh. Perhatian warga dunia terhadap radio masih nomor dua setelah televisi. Bukan yang lainnya lho..